Showing posts with label Kisah Nabi dan Rasul. Show all posts
Showing posts with label Kisah Nabi dan Rasul. Show all posts

Tuesday 11 October 2016

Kisah Nabi Sulaiman dan Semut Merah

Kisah ini akan menyajikan suatu cerita pada zaman Nabi Sulaiman yang kaya raya dan dianugerahi kelebihan untuk berkomunikasi dengan semua binatang yang ada di dunia ini.
Salah satu kisah yang diceritakan dalam Al Qur'an adalah bahwa Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan semut.

Tentu kita ingat dengan doa dari Nabi Sulaiman yang meminta kepada Allah SWT untuk dianugerahi kerajaan besar, dan tak seorang pun manusia setelahnya yang akan memilikinya.
Dan doa ini dikabulkan oleh Allah SWT, dan sampai saat ini pun janji Allah untuk menepati permintaan Nabi Sulaiman telah terbukti. Bahkan Nabi kita, Rasulullah SAW juga telah menyadari akan doa Nabi Sulaiman ini dalam ayat Al Qur'an, mungkin akan diceritakan lain kali saja.

Semut

Kisahnya.
Ketika rombongan Nabi Sulaiman a.s akan melintasi lembah yang ditempati sebagai sarang semut, dan Beliau menyeru kepada semut-semut itu agar berlindung.
Atas kebijakan Nabi SUlaiman inilah semut-semut itu memberikan pujian kepada Nabi Sulaiman.

Pada masa-kanak-kanak, Nabi Sulaiman sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian dalam mempertimbangkan dan mengambil suatu keputusan. Sebuah peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otak Nabi Sulaiman dibuktikan dengan kecerdasannya dalam memecahkan beberapa masalah.

Salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Sulaiman adalah mengerti bahasa binatang. Suatu hari rombongan besar Nabi Sulaiman hendak menuju lembah Asgalan, dan rombongan itu terdiri dari Nabi Sulaiman dan umatnya, malaikat, jin serta binatang-binatang.
Ditengah perjalanan, Beliau menyuruh rombongannya berhenti.

"Berhentilah sejenak, kita beri waktu kepada makhluk ALlah untuk menyelamatkan diri," ucap Nabi Sulaiman.
"Wahai Nabiyullah, mengapa kita tiba-tiba berhenti di tengah jalan," tanya salah satu rombongan.
"Di depan ada lembah semut yang di dalamnya terdapat jutaan semut, mereka akan kusuruh untuk berlindung agar tidak terinjak oleh rombongan kita," jawab Nabi Sulaiman.
Dari jarak yang cukup jauh itu, Nabi Sulaiman nampaknya mendengar dialog Raja Semut yang menyuruh para semut untuk berlindung. Sungguh mukjizat yang sangat hebat sob, seseorang bisa mendengar pembicaraan hewan dari jarak yang jauh lagi, dialah Nabiyullah Sulaiman, Raja segala raja yang pernah hidup di dunia ini, dan tak pernah ada seorang rajapun di dunia ini sehebat Beliau.

Pujian Semut.
"Hai semut-smur, masuklah kalian ke dalam sarang agar selamat dan tidak terinjak oleh rombongan Nabi Sulaiman," ucap Raja Semut.
Nabi Sulaiman tersenyum mendengar suara semut yang ketakutan itu.
Ketika kaum semut itu tengah sibuk menyelamatkan diri, Nabi Sulaiman menyuruh kepada rombongannya untuk terus bersyukur kepada Allah SWT. Sungguh Anugerah Allah, meskipun diberi kekuatan hebat pun Nabi Sulaiman ini tidak pernah sombong, rasa syukur yang selalu Beliau ucapkan sob.

Setelah beberapa saat berhenti, Nabi Sulaiman dan rombongannya kembali meneruskan perjalanan.
Ketika melintasi lembah semut itu, Nabi Sulaiman dan rombongannya mendapatkan pujian dari Raja Semut. Kaum semut bersyukur karena sarangnya tidak rusak oleh rombongan Nabi Sulaiman.

"Kami takjub kepada Nabi Sulaiman yang mengerti bahasa binatang, sehingga tidak ada satupun yang terbunuh diantara kami," kata Raja Semut.

Kisah ini merupak cuplikan dari ayat Al Qur'an surat An-Naml ayat 18 yang artinya,
"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."
(QS. An-Naml: 18).
Read more

Thursday 15 September 2016

Sisi Romantis Sang Panutan SAW

Rasulullah Saw adalah manusia teladan. Dalam segala aspek. Dalam urusan rumah tangga sekalipun. Dalam banyak hadits digambarkan bahwa Rasulullah SAW terbilang lelaki romantis dan pandai memanjakan istrinya. Sifat romantis dan lembut itulah yang membuat keutuhan rumah tangga Nabi terjaga dan abadi.



Ada empat sifat yang mesti kita teladani dari Nabi SAW dalam hal berumah tangga. Perilaku yang dicontohkan Nabi SAW ini ialah salah cara untuk mempertahankan keutuhan keluarga.
Sisi Romantis Rasulullah SAW

1. Rasulullah SAW tidak Pernah Kasar dan Memukul Istrinya

Rasulullah merupakan manusia yang berakhlak mulia, lembut, dan tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Semasa hidupnya, Rasulullah SAW tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul dan menampar orang, baik istrinya maupun pembantunya.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan hadis riwayat Ibnu Majah:

ما ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم خادما له ولا امرأة ولا ضرب بيده شيئا

Artinya, “Rasulullah SAW tidak pernah memukul pembantu dan perempuan (istrinya). Tidak pernah dia memukul siapapun,” (HR Majah).

2. Makan Berdua Bersama Istri

Makan berdua termasuk salah satu cara menjaga dan mempertahankan kemesraan rumah tangga. Apalagi kedua pasangan tersebut makan satu piring dan satu gelas berdua. Rasulullah SAW pernah mencontohkan perilaku ini, sebagaimana yang dikisahkan ‘Aisyah:

كنت أضع الإناء على في وأنا حائض ثم أناوله للنبي صلى الله عليه وسلم فيضع فاه على موضع في وآخذ العرق وأنا حائض ثم أناوله فيضع فاه على موضع في

Artinya, “Saya minum air pada sebuah gelas dalam kondisi haid, kemudian saya menyerahkannya kepada Nabi SAW. Tiba-tiba Nabi SAW menaruh bibirnya persis di bekas tempat saya minum. Saat saya makan sepotong daging, kemudian saya serahkan sisanya kepada Nabi SAW, Beliau juga menaruh bibirnya persis di bekas gigitan saya,” (HR Ibnu Hibban).

3. Mencium Istri

Kemesraan Rasul dengan istrinya juga dapat dilihat dari kebiasaan beliau mencium istrinya. Sebagaimana diketahui, ciuman memberikan kesan tersendiri bagi seorang perempuan. Karenanya, Rasul SAW terbiasa untuk melakukan hal ini supaya hubungannya menjadi semakin mesra. Dalam Musnad Ishaq Ibn Rahaweh disebutkan:

عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه وهو صائم

Artinya, “Diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah SAW mencium sebagian istrinya, padahal beliau puasa.”

4. Memuji Istri

Perempuan mana yang tidak senang dipuji dan dimanja. Pujian memang sudah keniscayaan bagi perempuan. Karena pintu hati seorang perempuan adalah telinganya. Untuk memperkuat hubungan rumah tangga, Rasul pun tidak lupa melontari istri-istrinya dengan berbagai macam pujian. Inilah contoh pujian yang diberikan Nabi kepada ‘Aisyah:

فضل عائشة غلى النساء كفضل الثريد على سائر الطعام

Artinya, “Keutamaan ‘Aisyah dibandingkan perempuan lain ialah seperti keutamaan tsarid (roti dicampur daging) di atas seluruh makanan,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain).

Riwayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok lelaki romantis. Beliau sangat tahu bagaimana cara mempertahankan kemesraan keluarga. Cara yang dilakukan Nabi tersebut patut diteladani mereka yang sudah berkeluarga. Wallahu a’lam. []
sumber https://www.islampos.com/sisi-romantis-sang-panutan-saw-286777/
Read more

Monday 12 September 2016

Kisah Nabi Nuh AS Dan Kaumnya

Kaum Nabi Nuh AS terus-menerus menentang apa yang beliau dakwahkan. Kadar kekufuran, kejahatan, dan pembangkangan mereka, baik dengan perkataan maupun perbuatan sudah mencapai puncaknya. Para orang tua, apabila melihat anaknya sudah beranjak dewasa secepat mungkin berwasiat agar jangan beriman kepada Nabi Nuh AS. Serta hendaklah terus memerangi dan menyelisihi beliau.

Maka lengkap sudah kejahatan dan kesalahan yang terkumpul pada kaum Nabi Nuh AS. Mereka telah kufur dan berbuat kejahatan secara merata. Kaum Nabi Nuh AS benar-benar durhaka sampai mengingkari kerasulan Nabi Nuh AS. Nabi Nuh AS menyimpulkan bahwa pada diri mereka sudah tidak ada harapan kebaikan sama sekali. Maka Nabi Nuh AS berdoa kepada Allah SWT agar memberikan pelajaran setimpal kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman:

فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Maka dia (Nabi Nuh) berdoa kepada Robb-nya: ‘Sesungguhnya diriku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).’” (QS. Al-Qomar: 10)

وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لاَتَذَرْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
(Nabi Nuh) berkata: “Wahai Robb-ku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh: 26)

Perintah Untuk Membuat Perahu Yang Sangat Besar

Pada akhirnya Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh AS. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh AS bahwasanya akan menimpakan banjir besar pada kaumnya. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh AS untuk membuat sebuah perahu yang sangat besar. Perahu itu akan memuat Nabi Nuh AS, orang-orang yang beriman, serta beragam makhluk yang mempunyai ruh yang dikehendaki Allah SWT untuk tetap hidup sesudah banjir bandang menimpanya.

Pembuatan perahu yang sangat besar itu bukanlah hal yang sederhana. Allah SWT membimbing dan mengawasi secara langsung akan pembuatannya. Allah SWT menyatakan :
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلاَتُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)

Bentuk Bahtera Nabi Nuh

Ahli sejarah berselisih pendapat tentang panjang dan lebarnya bahtera tersebut. Ada yang menyatakan panjangnya 80 dziro’ dan lebarnya 50 dziro’, ada yang menyatakan panjangnya 300 dziro’ dan lebarnya 50 dziro’. Kalau 1 dziro samadengan 0,5 meter, hitunglah berapa luasnya. Tetapi mereka bersepakat bahwa tingginya 30 dziro.

Perahu itu mempunyai 3 lantai, lantai dasar untuk binatang buas dan merayap, lantai kedua untuk manusia, dan lantai ketiga untuk unggas dan burung-burung. Perahu itu mempunyai pintu yang terletak di tengah dan mempunyai daun pintu yang mengunci rapat dari atas. Di setiap ruas kayu, baik dari dalam maupun luar, dilumuri dengan tir yang berfungsi menahan air agar tidak bisa masuk.

Ketika Nabi Nuh AS memulai membuat perahu yang sangat besar. Kaumnya bukannya makin sadar akan kekhilafan mereka, tetapi malah menjadi-jadi dalam mengejeknya. Allah SWT menceritakan,:


وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلأٌ مِّن قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ قَالَ إِن تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ
Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, ‘jika kalian mengejek kami maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami.” (QS. Hud: 38)

Allah SWT menghibur Nabi Nuh AS untuk jangan bersedih hati atas apa yang mereka lakukan. Allah SWT telah memberi kabar kepadanya bahwa sekali-kali tidak akan bertambah orang yang beriman dari kaumnya. Allah SWT menyatakan:

وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَن يُؤْمِنَ مِن قَوْمِكَ إِلاَّ مَنْ قَدْ ءَامَنَ فَلاَتَبْتَئِسْ بِمَاكَانُوا يَفْعَلُونَ
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36)

Ketika Banjir Besar Datang

Setelah pembuatan perahu selesai, datanglah apa yang Allah SWT janjikan kepada Nabi Nuh AS dan kaumnya. Tiba-tiba Allah SWT memerintahkan langit untuk mengguyur bumi dengan air yang deras, disusul bumi agar memancarkan air dari segala penjuru dengan cepat, tungku-tungku tempat perapian pun berubah menjadi mata air yang tak henti-hentinya. Bertemulah sumber air yang melimpah baik dari atas maupun dari bawah.

Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS agar segera naik perahu beserta orang-orang yang beriman dan keluarganya, dan tidak memberi masa tenggang waktu, barangkali orang-orang yang sebelumnya jelas-jelas tidak beriman mau diajak. Berbagai macam binatang dengan pasangannya berbondong-bondong mengikutinya. Setelah seluruh muatan sudah naik, maka Nabi Nuh AS berkata kepada seisi makhluk yang ada di bahtera tersebut,

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللهِ مَجْرَاهَاوَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan (Nabi Nuh) berkata, ‘Naiklah kalian ke dalam bahtera dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Robb-ku benar-benar Maha pengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Hud: 41)

Allah SWT memerintahkan mereka untuk berdoa:

فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ {28} وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلاً مُبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ {29}
Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami dari kaum yang zholim.“Dan katakanlah, ‘Wahai Robb-ku, tempatkanlah kami pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS. Al-Mu’minun: 28-29)

Saat itu seisi bumi dipenuhi dengan air, baik gunungnya, bukitnya, padang pasirnya, bagian datarnya dan jurangnya. Kebanyakan para ahli tafsir mengatakan bahwa ketinggian air kala itu di atas permukaan gunung yang paling tinggi 15 dziro.

Bumi saat itu betul-betul tidak bertepi. Semuanya dipenuhi dengan air. Perahu itu melewati ombak yang tingginya bagaikan gunung-gunung. Semua kaum Nabi Nuh AS yang membangkang dibinasakan oleh Allah SWT  hingga tak tersisa seorang pun termasuk anaknya Nabi Nuh AS. Mereka tenggelam bersama pengingkaran terhadap syariat nabi mereka. Mereka tenggelam bersama kesombongan kepada ajaran nabi mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang menentang agama Allah SWT, dan orang yang zholim akan mengalami hal yang semisalnya.

مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ وَمَاهِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zholim.” (QS. Hud: 83)

Sumber: Majalah Al-Mawaddah, Edisi 11 Tahun ke-1 Jumadal Tsaniyah 1429/Juni 2008

Note : Dari guru ngaji saya, Selama Nabi Nuh AS berdakwah selama 1000 tahun hanya sekitar 70 orang  yang beriman kepada Allah SWT dan mau mengikuti syariat yang dibawa oleh Nabi Nuh AS.
Read more

Kisah Nabi Allah Ibrahim A.S


Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."

Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur, rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba berkecukupan serta sarana-sarana yang menjadi keperluan pertumbuhan hidup mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliyah (kebodohan). Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberikan mereka segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.


Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan pemerintahannya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus dilaksanakan dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berpikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang tidak memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dirinya sendiri yang disembah sebagai tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berpikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina diangkatnya menjadi orang mulia. disamping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya, lahirlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa cahaya kebenaran kepada kaumnya, yang telah diilhami akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang tersebut bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata: 
"Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?"

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlangsung dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada Allah:  
"Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab seruannya dengan berfirman: “Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?" Nabi Ibrahim menjawab: "Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dalam hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu memotongnya menjadi potongan-potongan dan mencampur-baurkan, kemudian tubuh burung yang sudah hancur dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahlah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap potongan tubuh burung tersebut.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim dan hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendaki "Fayakun". 

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan darinya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.

Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu, orang yang terdekat dengannya, bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya dan menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti kaumnya, padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun, tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bum. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya agar berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan, memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi geram dan marah mendengar kata-kata seruan puteranya, karena puteranya sendiri telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang Nabi Ibrahim bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam makian seakan-akan tidak ada hubungan darah diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar:  
"Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bersama denganmu didalam suatu rumah di bawah satu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menanggapi kemarahan ayahnya, kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah, seraya berkata: "Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu."Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihatin karena tidak berhasil mengangkat ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik. Namun ia sadar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.

Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk meninggalkan persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan berdakwah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak bisa menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka maka alasan yang usang yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapak-bapak dan nenek moyang mereka dilakukan sebelumnya dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan berdakwah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mau menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau, mereka selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mereka dan moyang mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.

Nabi Ibrahim kemudian merencanakan akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon pada masa itu, setiap tahunnya mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai hari keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak ikut serta, tapi Nabi Ibrahim berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khawatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular di kalangan mereka bila ia ikut serta.

Ketika melihat kota sudah kosong dari penduduknya, dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada sesembahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung, berkata Nabi Ibrahim:  
"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu!." 
Kemudian ditendang, dan dipukullah patung-patung itu dan dihancurkannya berkeping-keping dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang paling besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu dan pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, ketika mereka pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan yang berserakkan di atas lantai. Bertanyalah salah satu diantara mereka kepada yang lain:  
"Siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata salah seorang diantara mereka: "Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata: "Dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." 
Akhirnya terdapat kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku dimintai pertanggungjawabannya dalam suatu pengadilan terbuka, dimana seluruh rakyat penduduk kota dapat ikut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, bilamana diantara yang hadir ada yang bisa terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.

Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berbondong-bondong mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili, ia disambut oleh para masyarakat dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat marahnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mereka.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim: 
"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab: "Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim mengejek mereka. Kemudian berkata si hakim: "Engkau tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawaban atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat dan warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu: "Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya dipahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekitar kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, para hakim memutuskan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berkatalah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu: "Bakarlah ia dan bela tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan pengadilan telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar, sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat disiapkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya tiap penduduk secara gotong-royong harus membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Diantara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperoleh berkah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.

Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:
 "Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
 Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, ini merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran tercengang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berada seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikitpun. Mereka meninggalkan lapangan dalam keadaan heran seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu terjadi, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada sebagian dari mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragukan kebenaran agama mereka, namun tidak berani menunjukkan rasa ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mereka jatuhkan kepada diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah S.W.T. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mereka, dan membuka banyak mata hati dari mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang dari mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khawatir akan mendapat kesusahan dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi murka bila mengetahui bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.

Waallahu ‘Alam
Read more

Saturday 3 September 2016

Perseteruan Antara Iblis dan Nabi Adam as

Ketika Allah SWT memrintahkan malaikat agar bersujud kepada Nabi Adam as, maka Malaikat Jibril yang pertama kali bersujud lalu Malaikat Mika'il, Malaikat Israfil, Malaikat Izrail lalu diikuti oleh malaikat lainnya.


Iblis Tidak Mau Bersujud.
Setelah itu Allah SWT pun memerintahkan kepada Iblis agar bersujud kepada Nabi Adam as. Akan tetapi Iblis menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam as.

Allah SWT berfirman,
"Kenapa engkau menolak bersujud kepada Nabi Adam yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
"Aku lebih baik daripada Adam, sebab aku Engkau ciptakan dari api, sedangkan Adam engkau ciptakan dari tanah liat," jawab Iblis.
"Lagi pula aku telah bertahun-tahun menyembah-Mu sebelum Engkau ciptakan Adam," kata iblis lebih lanjut.

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ ٧٧
وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ ٧٨
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ٧٩
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ٨٠
إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ٨١

77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
78. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".
79. iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".
80. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
81. sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)".
(QS. Shad:77-81).
Allah SWT berfirman,
"Sebelumnya aku sudah tahu bahwa sia-sia saja engkau ibadah kepada-Ku. Oleh karena itu keluar engkau dari surga, keluar dari rahmat-Ku, engkau sungguh hamba-Ku yang tercela dan dilaknat. Engkau besok akan menjadi isi neraka bahkan neraka penuh oleh golonganmu.

Iblis berani juga menjawab,
"Baiklah wahai TuhanKu, aku terima semua itu akan tetapi tangguhkanlah hidupku sampai pada hari dibangkitkan agar aku dapat menggoda mereka semua."

Allah SWT berfirman,
Baiklah, hidupmu Aku tangguhkan sampai pada hari kiamat."

Iblis Berubah Penampilan.
Pada hari itulah dia berubah bentuknya menjadi setan yang dirajam.
Dia dahulu bernama 'Azazil yang termasuk salah satu pembesar malikat. Tetapi karena dia menentang perintah Allah SWT, maka ibadahnya yang sudah lama ditekuni tidak ada gunanya bagi dirinya. Dia kemudian disebut Iblis, karena putus dari rahmat Allh SWT.

Pertanyaan-Pertanyaan yang Mungkin Terjadi.
Iblis adalah hamba, dan Nabi Adam adalah hamba juga kenapa iblis harus bersujud kepada Nabi Adam.
Sujud di sini artinya adalah bukan untuk menyembah, melainkan untuk menghargai.

Kenapa Allah SWT memusnahkan musuh para Nabi, sedangkan iblis tidak dimusnahkan.
Allah SWT memberi tangguh, melestarikan iblis karena untuk menguji makhluk-Nya yaitu jin dan manusia.

Ayat-Ayat yang Menjelaskan:
Allah SWT berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ ١١
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ ١٢
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ ١٣
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ١٤
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ١٥
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ١٦
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ١٧
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ ١٨

Artinya:
11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud.

12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah".

13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".

14. iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan".

15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."

16. iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

(QS. Al-A’raaf: 11-18).
Read more

Thursday 1 September 2016

Pertemuan Nabi Musa Dan Nabi Khidir yang Menggetarkan

Nabi Musa As pernah ditegur oleh Allah SWT akibat kesalahannya yang mengaku hamba Allah SWT yang paling berilmu. Padahal Allah SWT menyebut ada Nabi Khidir yang keilmuannya melebihi Nabi Musa. Akibat teguran itu, ia pun menimba ilmu kepada Nabi Khidir. Dan berikut ini kisahnya.

Kisah tersebut terjadi saat Nabis Musa berguru kepada Nabi Khidir, sekaligus menjadi asbabunnuzul ( sebab – sebab turunnya ayat Al-Qur’an ) Surat Al Kahfi ayat 62 – 82.


Suatu sata Nabi Musa ditegur Allah karena sempat sombong dengan mengaku dirinya orang yang paling berilmu. Allah berfirma bahwa sesungguhnya ada seorang hamba Allah yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada Nabi Musa.

Lalu, Nabi Musa berhasil menemu hamba yang dimaksud, yakni Nabi Khidir As. Nabi Musa memohon agar Nabis Khidir dapat mengajarkan sebagai ilmu kepadanya. Nabi Khidir menyetujui, namun dengan syarat Nabi Musa tidak menanyakan apapun sebelum Nabis Khidir yang menjelaskannya.

Akhirnya Nabi Musa menyanggupi dan mengikuti ke mana pun Nabi Khidir pergi. Di suatu tempat, terjadilah beberapa peristiwa yang menguji kesabaran Nabi Musa. Kejadian pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama. Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya. Awalnya Nabi Musa bertanya, namun setelah diingatkan akan janjinya, maka Nabi Musa pun diam.

Anak Dibunuh

Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan – kawannya. Pembunuhan itu membuat Nabis Musa tak kuasa bertanya. Namun, Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa dan ia diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya – tanya lagi. “Jika masih bertanya lagi, maka engkau harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersamaku,” Kata Nabi Khidir.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun, sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka. Hal ini membuat Nabi Musa kesal.

Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruhnya untuk bersama memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak. Nabi Musa akhirnya terpaksa bertanya terhadap sikap Nabi Khidir. Karena pertanyaan itu, akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa ia tidak dapat menerima Nabis Muda menjadi muridnya.

Bersyukur

Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan, kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin. DI daerah itu tinggalah seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya.

Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa ia membunuh seorang anak karena kedua orangtuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang saleh dan lebih mengasihi kedua bapak – ibunya hingga ke anak cucunya.

Kejadian yang ketiga, Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kaka beradik yatim. Di dalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang saleh. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang yang menyembah berhala.

Akhirnya Nabi Musa sadar dan mengerti terhadap setiap perbuatan yang dikerjakan Nabi Khidir. Ia pun amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan Nabi Khidir yang saleh yang dapat mengerjakan kepadanya ilmu yang tidak dipelajari, yaitu ilmu ladunni.

Sumber: hanyatauaja.blogspot.co.id/http://islamidia.com/pertemuan-nabi-musa-dengan-nabi-khidir-yang-menggetarkan/
Read more

Thursday 25 August 2016

Kisah Masa Kecil Rasulullah dan Ibunya

Sahabat dunia islam, tentu kita ingin tau bagaimana kisah masa kecil Rasulullah. Berikut ulasan singkat yang di ambil dari NU.or.id.

Sebagaimana tradisi suku Quraisy dan kabilah Arab pada umumnya, pada hari kedelapan selepas dilahirkan oleh Siti Aminah, Muhammad kecil harus diungsikan ke pedalaman dan baru akan dikembalikan ke ibunya ketika kelak berusia delapan atau sepuluh tahun. Tentu hal ini membuat Siti Aminah gundah. Tapi, tradisi tetaplah tradisi, mau nggak mau harus tetap dilaksanakan.

Aminah pun sadar, ini penting untuk ia lakukan. Ia pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim ke pedalaman. Lagipula ia tahu bahwa tujuan dikirimkannya supaya kemampuan berbahasa sang anak bagus—di pedalaman bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab asli, belum campuran dan bukan bahasa pasar (fush-ha)—dan bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, tidak seperti di kota yang dianggap telah tercemar.



Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint Abi Dzuaib (Halimatus Sa’diyah) selama tiga tahun. Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap bersahaja walaupun ia terkenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya, apalagi ia adalah keturunan salah satu suku terpandang di kabilah Arab. Hal itu membuatnya disukai banyak orang. Tak terkecuali teman sebayanya.

Suatu ketika, saat ia bermain bersama anak-anak lain, ia didatangi oleh dua orang berbaju putih. Ia pun sempat bertanya, tapi tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Muhammad  kecil.

Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari mendatangi  rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.

“Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki,” ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.

Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang.

“Apa benar yang kau katakan?”

“Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan.”

Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.

Di sana, ia melihat Muhammad yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya.

“Apa yang telah terjadi, Anakku.”

Muhammad melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia menjawab, ”Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku.”

“Apakah itu?”

“Aku tidak tahu, Ibu.”

Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini sedang kesurupan atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.

Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, baru ia mengerti bahwa dua orang berbaju putih itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mencari dan mengangkat keburukan dalam dirinya.

*Diceritakan ulang dari biografi Sejarah Hidup Muhammad karya Mohammad Husain Haekal oleh Dedik Priyanto, alumni Pesantren Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro.
sumber http://www.duniaislam.org/21/01/2016/kisah-masa-kecil-rasulullah-dan-ibunya/
Read more