Showing posts with label Keluarga. Show all posts
Showing posts with label Keluarga. Show all posts

Sunday 18 September 2016

MENIKAH MUDA? Ini dia Manfaatnya

Pernikahan adalah hal yang disarankan dalam agama Islam. Terkecuali bernilai beribadah, pernikahan juga adalah fasilitas untuk menjadikan satu dua hati yang sama-sama menyukai dalam suatu ikatan yang sah.

Beberapa orang yang pada akhirnya mengambil keputusan menikah lantaran telah terasa mapan dari sisi ekonomi serta usia. Mereka berasumsi bahwa jika umur telah matang, barulah waktu itu memikirkan untuk mengawali kehidupan baru di tahap pernikahan. Mungkin saja beberapa orang yang memikirkan untuk menikah di umur 30 atau 35 tahun. Walau sebenarnya, menikah di umur muda malahan menyebabkan manfaat sendiri untuk pasangan itu. Lantas apapun faedah menikah di umur muda? Di bawah ini penjelasan sedetailnya.
Ini Dia Manfaat Menikah Diusia Muda, MAU??

1. Lebih Terjaga dari banyaknya Dosa

Manfaat yang pertama dari menikah di umur muda yaitu dapat lebih terjaga dari yang namanya perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda yang punya berartiberarti :

“Wahai para  pemuda, barangsiapa diantara kalian sudah sanggup,jadi sebaiknya menikah, lantaran ia lebih menundukkan pandangan kalian serta lebih terpeliharapelihara kem4lu4an. Serta barangsiapa yang belum dapat, manikah, jadi sebaiknya ia berpuasa, karena dengan berpuasa bisa mengekangnya. ” (HR. Bukhari)

Seperti hadist diatas, telah sangat jelas bahwa mempercepat dalam hal pernikahan itu lebih menolong manusia dalam menundukkan pandangannya serta lebih gampang dalam memelihara kem4lu4annya,. Saat seorang menentukan untuk menikah di umur muda, maka lebih relatif bagi dari mereka terlepas dari perbuatan dosa zina, baik itu merupakan zina mata,atau zina hati ataupun zina tangan yang akan dilakukannya.

2. Lebih terasa sangat Bahagia

Pernikahan yang dilakukan  diumur muda nyatanya dapat juga membuat pasangan itu lebih bahagia dalam melakukan biduk rumah tangga mereka. Hasil penelitian National Marriage Project’s 2013 di daerah Amerika Serikat (AS) membuktikan, persentase paling tinggi orang yang merasa amat senang dan bahagia dengan pernikahan yaitu mereka yang menikah di umur 20-28 th..

Argumen yang mereka utarakan lebih bahagia yaitu lantaran biasanya pasangan yang muda umurnya belum mempunyai banyak ego serta ambisi. Mereka cenderung lebih gampang dalam menerima siapa pasangan hidupnya. Bahkan juga istri tak mempersoalkan apabila kehidupan keluarganya cuma pas-pasan dan sedikit. Lantaran mereka berasumsi seluruhnya permasalahan dengan santai. Hal semacam ini searah dengan hadist atsar dari sahabat nabi Ibnu Umar : “Nikahilah!! oleh kalian gadis perawan, karena (.. satu diantaranya..) ia lebih ridha dengan nafkah yang sedikit. ”

3. Emosi mereka Lebih Terkontrol

Untuk Manfaat yang selanjutnya dari pernikahan di umur muda yaitu keduanya lebih dapat dalam hal mengontrol emosi mereka. Menikah di umur muda dapat dibuktikan lebih cepat membuat dewasa pasangan itu. Oleh karenanya, mereka lebih dapat dalam hal mengontrol emosinya.

Hal semacam ini di pengaruhi oleh ketenangan yang ada sejalan dengan ada pendampingnya serta tersalurkannya “kebutuhan batin”. Itulah diantara arti sakinah yang ada dalam kitab suci AL- Qur’an Surah Ar-Rum ayat yang ke 21.

Diluar itu, hasil studi dari seorang sosiolog Norval Glenn serta Jeremy Uecker di tahun 2010 juga memberi dukungan untuk hal itu. Hasil dari studi ini mengatakan bahwa, pernikahan  yang dilakukan  di umur muda bakal lebih berguna dari segi kesehatan serta lebih dalm hal mengontrol emosi.

4. Lebih Gampang Mencapai Kesuksesan

Beberapa orang yang menunda pernikahannya dengan argumen mau memperoleh karier yang mapan terlebih dulu. Walau sebenarnya saat seorang sudah menikah, jadi ia bakal jadi lebih tenang serta terasa sakinah. Dengan ketenangan serta stabilnya emosi ini bakal berguna untuk dianya untuk lebih konsentrasi dalam melalui karier serta melakukan aktivitas apa pun. Umumnya orang yang berhasil di umur 40 lantaran mereka menikah ketika usianya baru 20-an, bagaimana dengan anda?.

5. Lebih Baik Untuk Masa Depan dari Anak-Anak kita kelak.

Faedah paling akhir dari menikah di umur muda yaitu lebih baik untuk hari esok bagi anak-anak yang akan kita peroleh. Tidak hanya karena kita menikah di umur yang muda akan sangat mungkin mempunyai anak yang telah dewasa waktu kita telah masuk umur pensiun.

Lebih daru itu, memiliki anak di umur muda bakal bikin kita tahu arti kehidupan. Ditambah lagi bila situasi ekonomi kurang baik, jadi waktu itu kita dapat mendidik anak dengan cara langsung serta merasakan bagaimana pahitnya kehidupan. Dengan hal tersebut bakal mengajarkan anak arti kesederhanaan dalam kehidupan,serta menghormati perjuangan hidup. Mempunyai anak di umur muda juga mempunyai manfaat lain, tidak hanya jadi orang-tua, dapat juga jadikan rekan untuk sharing serta sharing narasi.

Sekianlah penjelasan tentang lima faedah menikah di umur muda. Walau masih tetap berumur muda, tak ada kelirunya untuk memikirkan tentang pernikahan. Karena terdapat beberapa faedah yang bakal didapat dengan menikah di umur muda. Tetapi, terlebih dulu yakinkan bahwa kita siap dengan cara lahir serta batin untuk menyelenggarakan pernikahan itu. (infoyunik/muslimahcorner/ akhwatshalihah.net)
Read more

Monday 12 September 2016

Anak Perlu Mendengar 5 Kalimat Ajaib Ini | YANG INGIN PUNYA ANAK WAJIB BACA INI

Mengapa ajaib, Sahabat Ummi? kalimat ini singkat dan sederhana namun efek psikologi bagi anak bagaikan siraman hujan di tanah tandus nan gersang. Kalimat yang menyegarkan, menumbuhkan, menenteramkan jiwa anak.

Bagi anak usia 3–6 tahun saat keterampilan bahasa meningkat pesat, mendengarkan ungkapan sederhana yang bermakna akan menuntaskan tugas perkembangan konsep diri. Harga diri positif (positive self-esteem) anak siapa lagi yang merawat kalau bukan orang tuanya?

Sahabat Ummi, berikut ini lima kalimat yang efektif untuk menuntaskan tugas perkembangan konsep diri anak. Terjalin timbal balik rasa mencintai antara kita dan anak. Pola asuh menjadi lebih manusiawi dan memanusiakan anak. Dengan sepenuh hati kita ungkapan kata berikut ini kepada anak:


1. “Aku mencintaimu, Nak.”

Saya pernah menyampaikan bahwa anak selalu ingin dekat dengan orang tuanya. Permohonan yang kadang tidak terucap begitu saja dari bibir anak. Meski demikian, naluri sebagai orang tua akan menyadari hal itu. Mengekspresikan kebutuhan anak untuk merasa selalu dekat dengan kita adalah membisikkan kalimat, “Ibu mencintaimu, Nak.”

Kita mampu memenuhi apapun kebutuhan anak. Namun, kebutuhan cinta dan anak merasa dicintai, memerlukan totalitas dari orang tua. Ungkapan ini bukan sekedar ekspresi bahasa, ia hadir dan dirasakan anak dalam pola asuh yang membahagiakan. Atmosfer keluarga menjadi segar, sehat, dan menumbuhkan. Anak yang merasa dicintai merasa dirinya berharga. Perasaan ini mendorong mereka berani menaklukkan tantangan, siap mengemban tanggung jawab, rela mencintai sesama.

      “Alhamdulillah. Ibu bangga kepadamu, Nak.”

Di tengah tekanan tuntutan agar anak memenangkan olimpiade sains, tampil memukau di sebuah pertunjukan, meraih peringkat satu di kelasnya, atau sejumlah daftar kehebatan lainnya yang wajib diraih – mengungkapkan kebanggaan kepada anak bukan pekerjaan ringan.

Semoga ini tidak terjadi, orang tua yang dijangkiti sindrom “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.” Gejala perilaku orang tua yang rajin mendaftar kekurangan anak. Seolah tiada kebaikan dan potensi sedikitpun dimiliki anak.

Maka, “Ibu bangga kepadamu, Nak,” tidak selalu bergantung pada prestasi besar. Mari membuka mata. Bagi saya anak usia tiga tahun punya inisiatif belajar melipat sarung dengan rapi sungguh anak hebat. “Alhamdulillah. Ibu bangga kepadamu, Nak.”

3. “Saya salah. Saya minta maaf.”

Orang tua mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak? ya, ini soal kebesaran dan kelapangan hati bagaimana menyadari bahwa kita adalah manusia yang memiliki kemungkinan benar dan salah. Kita bukan Nabi yang ma’shum. Kita hanya perlu jujur dan terbuka kepada diri sendiri.

Anak-anak belajar dari orang tuanya tidak ada manusia yang sempurna. Hal ini akan berpengaruh terhadap konsep diri anak bahwa kesalahan tidak selalu menjadi petaka selama kita terus memperbaiki diri. Tidak ada yang dirugikan oleh permintaan maaf kita kepada anak, yang mendasar adalah anak belajar meminta maaf dengan cara kita meminta maaf kesalahan kita kepadanya.

4. “Saya memaafkanmu.”

Ya, memaafkan bukan menghukum. Anak berbuat salah bukanlah kiamat. Proses belajar dan menemukan diri akan berjumpa dengan kesalahan-kesalahan. Toh anak juga bukan makhluk serba sempurna. Mereka memiliki fitrah untuk berbuat salah. Memaafkan kesalahannya justru membuka pintu bagi tahap perkembangan yang dibutuhkan anak.

Mencintai anak bukan dengan menerima dan memuji kebaikannya saja. Menerima kekurangan dan memaafkan kesalahan anak menunjukkan bukti cinta bahwa kita menyayanginya sebagai manusia. Maka, di telinganya bisikkan, "Nak, saya memaafkanmu."

5. “Saya mendengarkanmu.”      

Kemauan mendengarkan menjadi sangat penting agar kita memahami apa yang mereka katakan dan ada apa dibalik perkataannya. Dengan mendengarkan secara aktif dan empatik kita belajar memahami anak. Akan terjalin hubungan batin yang lebih dekat.

Antara kita dan anak tidak ada kesalahpahaman, karena kita bukan hanya mendengar pendapat kita sendiri melainkan menyimak apa yang disampaikan anak. Informasi menjadi seimbang. Secara sadar kita mengukur batas kesabaran dan ketelatenan mendengarkan pendapat yang sangat mungkin bertentangan dengan pendapat kita sendiri. Dengan mendengarkan anak kita meluaskan sikap bijaksana. Dan anakpun menerima perlakuan yang mengempati dirinya. "Ceritakan pada ayah. Saya akan mendengarkannya." Pintu dialog pun terbuka. Lalu biarkan anak bercerita sepuasnya, dan kita sabar menyimaknya.  sumber http://www.ummi-online.com/detailpost/anak-perlu-mendengar-5-kalimat-ajaib-ini
Read more